Kolaborasikan Seni dan Teknologi, Produk Sarung Tenun BHS Tembus Pasar Global

Kolaborasikan Seni dan Teknologi, Produk Sarung Tenun BHS Tembus Pasar Global
Sarung tenun tangan (foto ; istimewa)

JAKARTAINSIGHT.com | Sebagai negara dengan populasi pemeluk agama Islam terbesar di dunia, keberadaan kain sarung di Indonesia sudah tentu menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari - hari masyarakat.

Perkembangan kain sarung di tanah air sendiri diperkirakan kain ini masuk pertama kali pada abad ke-14 yang dibawa oleh saudagar dari Arab dan Gujarat, India. Dalam perkembangan selanjutnya, kain sarung menjadi identik dengan kaum Muslim karena biasa dipakai untuk shalat.

Hal tersebut membuat kain sarung memiliki keistimewaan tersendiri di Indonesia. Terlebih untuk kategori sarung tenun yang memiliki kemewahan dan keunikannya tersendiri, yang biasanya dinilai dari beberapa komponen seperti mutu bahan, pola, kaya motif, tata warna, serta komponen lainnya yang dipadukan dengan kearifan lokal.

Bicara soal kain tenun tangan di Indonesia, tentunya tak terlepas dari brand BHS (PT. Behaestex). Berdiri sejak tahun 1953 sarung BHS telah berpengalaman sebagai produk sarung premium Bahkan kualitas sarung lokal ini pun telah diakui kualitasnya tak hanya di pasar nasional, namun sampai pasar internasional.

Haikal Bahasuan, Direktur Marketing PT Behaestex mengungkapkan bahwa produk Sarung BHS ini memiliki beberapa kelas yang akan membedakannya di antara lain ada Masterpiece, Signature, Royal, Excellent dan Classic. Dari kelima kelas ini, terbagi lagi dalam proses teknik pembuatannya. Ada yang menggunakan teknik tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan ada yang ditenun dengan perpaduan seni dan teknologi modern.

"Adapun Sarung BHS yang ditenun tangan (ATBM) adalah Sarung BHS kelas Masterpiece, Signature dan Royal. Motif sarung dihasilkan dari kombinasi bahan Premium Cotton Mercerized, serta tumpal letter BHS mendatar dengan benang songketan, menghasilkan motif yang unik dan membentuk pola berulang dalam sebuah sarung," ujarnya.

Haikal menambahkan, Yang membuat kelas Masterpiece berbeda dari Signature yaitu dari motifnya yang eksklusif dan terbatas, salah satu contoh motifnya adalah Songket Gunung Agung. Untuk motif Masterpiece yang tidak kalah menarik lainnya adalah Songket Ikat Fantasi, Songket Gunung Exclusive dan Songket Gunung Fantasi. 

Untuk kelas Siganture sendiri memiliki motif Songket Ikat Nusantara dan Songket Gunung Crepe. Sedangkan, untuk kelas Royal memiliki motif Songket Gunung, Songket Eksklusif, Ikat Timbul Gambiran dan motif lainnya. Motif-motif ini tentunya terlihat elegan, eksklusif dengan warna-warna yang solid dan  istimewa. 

“Beberapa kelas produk Sarung BHS ini menentukan perbedaan harga hingga tingkat kerumitan motifnya. Waktu produksinya antara satu hingga dua bulan tergantung tingkat kerumitan motifnya. Semakin rumit motifnya, tentu membutuhkan waktu yang relatif yang lebih lama dan butuh keterampilan khusus. Namun, desain motif yang rumit mempunyai daya tarik seninya tersendiri dan menambah nilai dari sarung tersebut,” lanjut Haikal.

Untuk Sarung BHS yang ditenun dengan karya seni dan perpaduan mesin  teknologi modern adalah Sarung BHS kelas Excellent dan Classic. Komposisi untuk kelas Excellent menggunakan bahan Cotton Mercerized Blend dan tumpal letter BHS vertikal dengan benang kembangan. Kelas ini hadir dengan berbagai motif di antaranya motif Crepe Songket Ikat, Kawung, Songket dan motif lainnya. 

Sedangkan untuk kelas Classic komposisi bahannya menggunakan Viscose Blend, dan tumpal letter BHS vertical dengan benang kembangan. Di kelas ini juga hadir berbagai motif di antaranya Songket Crepe Gerimis, Kawung Dobby, Songket, Jacquard Songket dan motif lainnya. 

"Untuk Sarung BHS yang ditenun dengan karya seni dan perpaduan mesin  teknologi modern adalah Sarung BHS kelas Excellent dan Classic. Komposisi untuk kelas Excellent menggunakan bahan Cotton Mercerized Blend dan tumpal letter BHS vertikal dengan benang kembangan. Kelas ini hadir dengan berbagai motif di antaranya motif Crepe Songket Ikat, Kawung, Songket dan motif lainnya," tutup Haikal.

 

 

Editor:Mika Syagi
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com