Indonesia Urutan Kedua Penghasil Sampah Makanan, Surplus.id Berikan Solusi Inovatif

Indonesia Urutan Kedua Penghasil Sampah Makanan, Surplus.id Berikan Solusi Inovatif

Surplus hadirkan solusi mengatasi produksi sampah makanan

JAKARTAINSIGHT.com | Menghadapi isu lingkungan yang juga menjadi sorotan dunia, Indonesia memiliki kondisi yang tidak begitu baik jika dilihat dari produksi sampah makanan.

Menurut laporan Economist Intelligence Unit (EIU) disebutkan bahwa pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat kedua penghasil sampah terbanyak di muka bumi setelah Arab Saudi.

Laporan EIU turut didukung pula oleh data badan pangan PBB, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), yang menyebut Indonesia menghasilkan sekitar 13 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Sampah makanan tersebut berasal dari katering, ritel, dan restoran.

Ada beberapa faktor penyebab tingginya produksi sampah makanan di Tanah Air, seperti pola konsumsi masyarakat Indonesia yang buruk memiliki andil besar terhadap produksi sampah makanan setiap tahunnya.

Selain itu, faktor produksi yang berlebih juga tentunya akan menghasilkan sampah makanan jadi menggunung. Menanggulangi agar kondisi demikian tidak terus berlanjut, tidak bisa hanya mengandalkan pada sektor pengolahan sampah saja, tetapi juga diperlukan sebuah cara lain yang terukur.

Seperti yang dilakukan oleh digital marketplace Surplus.id dengan berupaya menekan produksi sampah makanan dari hulu atau produsen.

“Surplus adalah aplikasi atau digital platform yang menghubungkan toko makanan, seperti toko roti, buah, restoran, atau supermarket yang memiliki makanan berlebih untuk dapat dijual ke konsumen dengan diskon 50 persen dalam waktu satu jam sebelum tutup,” tutur Muh Agung Saputra, CEO dan Founder Surplus.id saat memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2020 di kawasan Senayan, Minggu (23/23/2020).

Adapun mekanisme pembelian yang ditawarkan, Agung menjelaskan bahwa satu jam sebelum tutup, toko atau merchant bisa mulai menawarkan produk mereka melalui foto yang diunggah ke aplikasi Surplus dengan setengah harga atau diskon 50 persen dari harga normal.

“Setelah produk tersebut terpasang di aplikasi yang khusus disediakan kepada merchant, konsumen bisa memesan makanan yang dilihatnya dan membayar dengan non tunai untuk mencegah kecurangan,” paparnya.

Apabila selesai melakukan transaksi, Agung menambahkan, konsumen bisa mengambil langsung makanan tersebut di toko tersebut pada jam yang ditentukan, atau bisa juga diantar melalui jasa layanan transportasi online.

Surplus.id mulai dirintis pada September 2019 lalu, dan hebatnya ia mendirikan marketplacenya itu bukan hanya mengejar profit semata, tetapi lebih ingin berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

“Saya membuat marketplace ini bukan semata untuk profit seperti marketplace lain. Passion saya lebih kepada dampak lingkungan. Kita hanya mengambil 10 persen setiap transaksi,” ujarnya.

Saat ini sudah ada beberapa merchant yang bergabung, dan aplikasinya sudah bisa diunduh di google playstore. Rencananya Surplus.id akan resmi diluncurkan pada Maret 2020 mendatang.

 

 

 

Editor:Ganest
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com