Peran Krusial Literasi Bagi Pelajar di Era Digitalisasi

Peran Krusial Literasi Bagi Pelajar di Era Digitalisasi

 

“Literasi tidak hanya diartikan ebagai bentuk kegiatan membaca dan menulis saja. Tapi kemampuan memahami informasi kompleks, mengevaluasi sumber daya dan mengomunikasikan ide dengan jelas. "

 

JAKARTAINSIGHT.com | Pernyataan tersebut diungkapkan langsung oleh Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Ofy Sofiana dalam webinar dan talkshow literasi pelajar dengan tema "Literasi Sebagai Aksi di Era Digitalisasi" di auditorium Perpusnas RI, Senin,(20/11/2023).

Sofiana mengungkapkan literasi memiliki peran krusial bagi pelajar, karena mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang konsep, berpikir kritis dan memperluas cakrawala. 

Pelajar literasi atau disebut pelajar literat, kata Ofy, lebih mampu atasi tantangan akademis. Dengan literasi yang kuat, pelajar dapat jadi individu mandiri, kreatif dan terampil. Agar dapat membuka pintu masa depan yang cerah. 

Pemerintah terus berupaya membudayakan kegemaran membaca dan membangun budaya literasi masyarakat indonesia. Sesuai agenda RPJMN 2022-2024, salah satu agenda prioritas adalah pembangunan sumber daya masyarakat melalui kegiatan revolusi mental dan kebudayaan yang tujuannya adalah terwujudnya budaya literasi masyarakat. 

“Peningkatran budaya literasi mencakup peningkatan kegemaran membaca di masyarakat, peningkatan perbukuan, konten literasi, akses layanan dan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS),” beber Ofy.

Adapun tingkat kegemaran membaca (TGM) Indonesia pada 2022 lalu berada di angka 63,9 poin (skala 0-100). Namun, tetap tantangan terbesar adalah menumbuhkembangkan kegemaran membaca. Dengan adanya disparitas ketersediaan bahan bacaan dengan jumlah penduduk indonesia. Salah satunya dengan meluncurkan layanan perpustakaan digital oleh Perpusnas. 

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM), Brylian Dwi mengatakan, momen webinar ini digaungkan kembali dan menjadi pengingat jika di era yang kebenaran dan ketidakbenaran sangat ditentukan tergantung bagaimana menarasikan sesuatu. 

“Kita mahkluk homionaran (mahkluk bercerita). Pelajar yang merdeka punya karya dan menarasikan diri sebagai pelajar yang enggan disebut generasi cemas, tapi generasi emas yang dikenal melalui produk kekaryaan, menarasikan diri bercerita dan menulis.” terangnya. 

Yang tidak kalah penting, dan perlu memaknai lagi literasi adalah bagaimana bisa mengubah mindset literasi yang hanya dikenal menulis dan membaca saja, bisa jauh lebih berguna untuk kemanusiaan. 

"Kegiatan ini menjadi pintu gerbang untuk mengenal literasi lebih jauh dan menggunakan identitas sebagai pelajar dengan membangun Indonesia melalui literasi,” ujarnya. 

Sementara itu, Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, menuturkan, dengan membaca bakal memiliki rencana untuk melakukan aksi-aksi yang baik di era digital. Ia mencontohkan bagaimana masyarakat di luar negeri memanfaatkan teknologi informasi dengan baik untuk menghasilkan pundi-pundi kekayaan. 

“Indonesia ketika tiba generasi emas pada 2045 mendatang, bakal ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang di era industri ekonomi 5.0 gak bakal hilang. Di antaranya ada televisi, film, dan penerbitan,” ujarnya. 

“Saya punya komunitas namanya Rumah Dunia. Agar tetap hidup, tentu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Maka dari itu, di era digital ini membuat unit usaha bernama Gong Media Cakrawala (GCM). Relate dengan literasi digital. Semua diintegrasikan dengan era digital.” 

“Setiap safari literasi selalu unggah di medsos dan promosikan. Dapat feedback yang banyak. Saya juga membuka kelas (literasi) online, dan juga sering bertemu dengan penerbit,” tandasnya. 

Adapun Inisiator Jaringan Intelektual Berkemajuan, David Krisna Alka menambahkan, kunci utama dalam literasi adalah mencatat. Di mana catatan harian menjadi kunci. “Itu melatih untuk menulis dan mengutarakan pikiran,” tegasnya.

Ia mengatakan, semua konten creator tidak lepas dari membuat catatan. Dilakukan untuk menulis skenario, mengestimasikan waktu dan mencoba berimajinasi dengan menulis catatan tiap adegan demi adegan dalam video yang dibuat.

“Atta (Halilintar) salah satu konten kreator yang sukses. Dia juga sering membuat catatan harian untuk mengaplikasikan pemikiran maupun gagasan untuk videonya. Hal-hal baik dari dirinya bisa diikuti, “ucap Pemimpin Redaksi GEOTimes itu. 

Sedangkan CEO Penerbit Irfani Ahmad Saleh menerangkan, menulis merupakan kebutuhan di era digital. Sebab, kehidupan sehari-hari selalu dengan teks. “Ada WhatsApp, kemudian Instagram dan Facebook ada catatan untuk menulis,” katanya. 

 

Editor:Mika Syagi
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com