JAKARTAINSIGHT.com | Digitalisasi lintas industri merupakan sebuah keniscayaan, salah satunya sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang memgang andil penting terhadap perekonomian negara. Pemerintah melalui Kemenkop UKM terus mendorong pelaku UMKM naik kelas, salah satunya dengan memaksimalkan penggunaan media digital dalam pemasarannya.
Sebab hingga saat ini baru sekitar 13 persen yang sudah melakukan digitalisasi dalam pengembangan dan pemasaran produk UMKM. Dengan digitalisasi juga akan tercipta efektifitas produksi hingga ke pengiriman.
"UMKM yang melek digital itu baru sekitar 13 persen, maka kita terus dorong mereka bisa masuk ke ranah digital sebab ini sebuah keniscayaan. Di masa pandemi seperti saat ini perilaku masyarakat beralih dan mengutamakan social distancing sehingga dalam melakukan kegiatan dan pemesanan menghindari kontak fisik. Jadi UMKM mau tidak mau suka tidak suka harus ikuti era digital, mereka harus go online," ungkap Ari Anindya Hartika (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM) dalam webinar ini diadakan oleh situs beritakota.id, Rabu (24/2/2021).
Lebih lanjut Ari menambahkan, Untuk mengatasi berbagai persoalan UMKM itu, pemerintah melalui Kemenkop UKM memiliki beberapa program seperti pelatihan digitalisasi UMKM, penyediaan akses permodalan yang murah hingga dukungan pemasaran yang bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (LKPP). Dengan fasilitas ini diharapkan pelaku UMKM bisa terlepas dari jerat persoalan yang dialami sehingga nantinya bisa naik kelas secara bertahap.
Lebih lanjut Ari menuturkan, selain minimnya literasi digital, kendala yang dihadapai sektor UMKM yakni terkait jasa pengiriman barang. "Jadi persoalan lain yang utama itu masih ada beberapa pelaku UMKM yang bergantung bahan baku impor, sementara ongkos logistiknya mahal di saat yang sama terjadi penurunan daya beli masyarakat," lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Chief Commercial Officer SiCepat Ekspress, Imam Sedayu dalam kesempatan yang sama membenarkan hal tersebut. menjelaskan bahwa pihaknya sangat komitmen untuk mendukung UMKM naik kelas dengan penyediaan layanan antar paket yang murah meriah.
Diakuinya bahwa selama pandemi Covid-19 ini tren belanja online meningkat drastis yang pada akhirnya mendorong peningkatan jumlah paket antaran yang harus diselesaikan oleh perusahaan ekspedisi ini. Dalam sehari pihaknya bisa melayani hingga 900 ribu paket di mana rata-rata merupakan paket dari para UMKM.
Dia tidak memungkiri bahwa selama ini biaya logistik yang mahal menjadi persoalan bagi kebanyakan UMKM. Untuk itu tahun lalu pihaknya meluncurkan layanan HALU. Dengan biaya paket mulai Rp5.000, diharapkan UMKM bisa terbantu. Layanan ini menjamin pengiriman ke seluruh wilayah di Indonesia dengan rentang pengiriman paket sama dengan kelas reguler.
"Kita kerjasama dengan beberapa platfrom agar bagaimana kita punya service dengan biaya murah, kita juga belum lama ini launching layanan Gokil (Cargo Kilat) dengan tarif mulai Rp25.000 per 10 Kg. Juga ada layanan terintegrasi Clodeo yang mencakup manajemen inventory di pergudangan kami," kata Imam.
Dijelaskan untuk mempermudah akses UMKM mendapatkan gerai ekspedisi, SiCepat Ekpress menggandeng toko ritel Alfamart dan FastPay yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Para UMKM yang mendapat order paket bisa melakukan pengiriman dengan melalui dua Channel tersebut yang mudah ditemukan di setiap wilayah.
Sementara itu, Ketua Asosiasi UMKM Indonesia, Muhammad Ikhsan Ingratubun, mengapresiasi keberadaan industri logistik seperti SiCepat Ekspres dan lainnya. Sebab dengan berbagai inovasi dan layanan yang semakin baik hingga saat ini sangat membantu pelaku UMKM dalam melayani permintaan buyer. Menurutnya industri jasa logistik akan terus tumbuh baik di saat pandemi atau nanti setelah masa pandemi.
"Ini bisnis yang menjanjikan ke depan dan sangat membantu kami para UKM. Dengan modal trust, kecepatan pengiriman dan biaya murah, apabila bisa menjawab tiga hal itu maka pasti jasa ekspedisi ini akan jadi lead di indonesia. Apalagi bagi umkm yang setiap saat mengirimkan paket," ungkap Ikhsan.
Turut hadir dalam diskusi tersebut, Chairman Supply Chain Indonesia, Setijadi, menambahkan bahwa industri jasa logistik memang sangat berperan penting bagi kemajuan UMKM. Pasalnya dengan kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau dan jumlah penduduk yang sangat besar, menjadikan jasa ekspedisi paling banyak dicari. Terlebih di era maraknya belanja online seperti saat ini.
Data menunjukkan bahwa industri jasa transportasi dan pergudangan pada tahun 2019 lalu tumbuh sangat bagus yaitu mencapai 10,58 persen atau berada di atas pertumbuhan industri manufaktur. Terkait dengan peran industri ini terhadap peningkatan UMKM, menurutnya perlu ada upaya khusus agar skala ekonomi UMKM bisa ditingkatkan. Sebab ketika pengiriman produk masih bersifat mandiri maka justru itulah yang menyebabkan biaya logistik mahal.
"Dengan keterbatasan volume produksi dan sebagainya sehingga tidak mampu memenuhi skala ekonomi, maka sulit bagi UMKM bisa berdaya saing dengan produk luar negeri. Jadi skala ekonomi harus dipecahkan sebab jika tidak bisa diselesaikan mereka akan kalah saing," jabar Setjadi.