Rapat Mendag-Komisi VI, Molor 3 Jam Hingga Ekspor Ganja

Rapat Mendag-Komisi VI, Molor 3 Jam Hingga Ekspor Ganja

Rapat kerja Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dengan Komisi VI DPR. (Foto: Ganest/jakartainsight.com)

 

JAKARTAINSIGHT.com | Rapat kerja antara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dengan Komisi VI DPR pada Kamis (30/1/2020) diwarnai ketegangan serta usulan ekspor ganja dari anggota rapat.

Sejak awal suasana tegang sudah mulai terasa, lantaran agenda rapat yang dijadwalkan pukul 11.00 WIB tetapi molor hampir lebih 3 jam. Sebabnya Mendag Agus datang terlambat.

Keterlambatan sang menteri langsung mendapat kritikan dari anggota Komisi VI Mufti Anam yang mengatakan kedepannya agar lebih menghargai waktu atau undangan yang disepakati.

"Kami ngundang jam 10, Bapak janji jam 11. Di SMS ubah jam 1, diubah jam setengah 3. Percuma perjanjian sebaik mungkin," ujar Mufti di ruang rapat Komisi VI DPR, Senayan Kamis (30/1/2020).

Tidak hanya Mufti, kritik terlambat datangnya Menteri Perdagangan juga datang dari anggota Komisi VI lainnya Andre Rosiade. Ia mengatakan bahwa hampir semua anggota Komisi VI meninggalkan ruang rapat, namun urung dilakukan karena masih menghargai Agus.

Andre meminta agar kondisi tersebut tidak terulang lagi. Ia khawatir dengan kinerja tersebut malah membuat Agus di-reshuffle oleh Presiden Jokowi di tengah jalan.

"Hampir semua anggota sepakat mau keluar, tapi kami bertahan menunggu Pak Menteri. Saling menghargai penting antar mitra Komisi VI dan menteri," ungkap Andre.

Selain kejadian rapat molor hampir 3 jam, ada juga usulan dari anggota Komisi VI perihal ekspor tanaman ganja yang dilontarkan anggota Komisi VI Rafli.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga mengatakan, ganja menjadi potensi ekspor yang besar, mengingat tanah Aceh merupakan daerah yang subur ditanami ganja.

"Ganja entah itu untuk kebutuhan farmasi, untuk apa saja, jangan kaku kita, harus dinamis berpikirnya. Jadi, ganja ini di Aceh tumbuhnya itu mudah," katanya.

Dia menyambung, ganja ini sudah konspirasi global. Dibuat ganja nomor satu bahayanya, padahal yang paling sewot orang itu bukan yang pakai ganja, tapi pakai sabu-sabu bunuh neneknya, pakai ekstasi, segala macam.

“Jadi pak, ganja ini bagaimana kita jadikan komoditas ekspor yang bagus. Nanti kita bisa buat lokasinya, saya bisa kasih nanti daerahnya di mana” ujar Rafli.

Menanggapi usulan Rafli, Agus mengatakan akan melakukan kajian soal bagaimana regulasi, teknis, dan juga perihal kepentingannya.

 

 

Editor:Ganest
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com