Menilik Lebih Jauh Perjuangan Pembatik Lasem Disaat Pandemi Corona

Menilik Lebih Jauh Perjuangan Pembatik Lasem Disaat Pandemi Corona

Para pengrajin batik tulis di Lasem, Rembang. (istimewa)

 

JAKARTAINSIGHT.com | Momen Hari Kartini kali ini, tim redaksi mencoba mengulik sebuah kisah tentang para pembatik tulis dari Lasem, Rembang, yang berjuang di tengah kondisi pandemi corona. Terlebih saat ini di Lasem sudah tidak ada turis yang datang maupun singgah.

Lasem merupakan sebuah kota kecamatan di Rembang, Jawa Tengah yang terkenal lewat batik tulis sebagai peninggalan luhur dalam budayanya. Lasem turut terkena imbas saat wabah virus corona menyerang Indonesia. Bahkan dampak itu pun turut dirasakan langsung oleh para pengrajin batik tulis di sana.

"Sudah dua bulan nggak ada turis dan pengunjung. Banyak pemilik showroom harus menutup tokonya juga," ujar admin @awesomelasem, Fransiska Anggraini atau yang akrab disapa Chika, seperti dikutip dari detiktravel.

Akibat dari tiadanya turis yang berkunjung ke Lasem membuat banyak rumah batik sepi pembeli. Padahal, dari para pembeli inilah, rumah batik harus menghidupi para pembatiknya.

"Dilemanya yaitu tadi, disatu sisi untuk bertahan hidup sendiri rumah batik itu bisa, tapi untuk kedepannya guna menghidupi para pengrajin batik ini yang agak berat. Tanpa ada pemasukan yang stabil hal ini sangat mustahil," ungkap Chika.

Cika pun menambahkan, selama sebulan belakangan, tepatnya saat wabah corona menyerang sudah ada beberapa pembatik yang terpaksa upahnya dipotong akibat sepinya pendapatan. Kondisi ini bisa lebih buruk bila dalam dua hingga tiga bulan ke depan masih tak ada perubahan.

Bukan saja pendapatan konsumen yang menurun dewasa ini akibat corona. Lebih parahnya kejadian ini (pandemi corona) juga berdampak pada menumpuknya jumlah batik di gudang.

"Andaikan produksi distop dulu, maka mereka harus merumahkan ibu-ibu pengrajin batik ini. Nah, tentu saja ini bukan hal yang baik buat keluarga mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya," curhat Chika lagi.

Salah satu upayanya, lanjut Chika, dirinya tetap berusaha membantu para rumah batik dan pembatik Lasem dengan menjual kain mereka secara online. Namun itupun tak banyak membantu dengan kondisi ekonomi yang nyaris lumpuh total saat ini. 

Gambaran Kartini zaman sekarang, para pembatik tulis Lasem tetap harus berjuang lewat kainnya sambil menjalankan peran sebagai ibu. Peran tulang punggung keluarga pun tak jarang mereka ambil, mengingat banyak suami mereka yang bekerja di sektor informal di luar rumah.

 

Editor:Mika Syagi
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com