Gandeng Nilacare, Komunitas TKI di Hongkong 'ACP' Bagikan Makanan ke Sopir Angkot Terdampak PSBB

Gandeng Nilacare, Komunitas TKI di Hongkong 'ACP' Bagikan Makanan ke Sopir Angkot Terdampak PSBB

Puluhan supir angkot di terminal Kp. Rambutan berharap bantuan pemerintah cepat didistribusikan

JAKARTAINSIGHT.com | Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bulan Ramadhan 2020 kali ini umat muslim di seluruh dunia harus menjalankan ibadah puasa di tengah wabah Covid-19, dimana sebagian negara menerapkan sejumlah kebijakan, seperti lockdown dan pembatasan interaksi sosial fisik sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut, salah satunya pemerintah Indonesia yang memberlakukan aturan PSBB (pembatasan sosial berskala besar).

Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat pra sejahtera serta menyambut ramadhan kali ini, sejumlah pekerjaan migran Indonesia (TKI) di Hongkong yang tergabung dalam komunitas ACP (Anggun Cinta Perdana) melalui Nilacare membagikan makanan berbuka puasa kepada sejumlah supir angkutan umum (angkot) di kawasan Terminal Kampung Rambutan di hari pertama puasa ramadhan (Sabtu 25/4) kemarin.

"Kiranya apa yang kami lakukan hari ini bermanfaat khususnya buat para supir angkot yang tetap bekerja ditengah PSBB ini dan di waktu bersaman menjalankan ibadah puasa," ungkap Kiki Handriani selaku Founder Nilacare mewakili pihak ACP dalam kesempatan tersebut.

"Mungkin apa yang kami lakukan hari ini tidak seberapa secara nilai nominal, tapi setidaknya bermanfaat dn bisa menginspirasi pihak lain khususnya mereka yang mampu untuk berbagi dengan saudara-saudara kita yang kurang mampu, terlebih saat ini momen ramadhan," ujarnya.

Selain menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak ACP dan Nilacare, kesempatan tersebut juga digunakan para supir untuk berbagi cerita terkait keadaan mereka sejak peraturan PSBB pertama kali diumumkan hingga saat ini.

“Kami sopir angkot selama corona ini belum pernah menerima bantuan dari mana pun. Saya ini KTP DKI Jakarta, saya juga enggak pernah didata. Harapan saya agar pemerintah perhatikan rakyat kecil seperti kami sopir angkot yang sudah tidak punya uang lagi untuk makan, hanya mengharapkan bantuan,” ungkap salah seorang supir angkot (FT).

Sementara itu supir angkot lainnya berinisial JP menambahkan, “Sepi enggak ada penumpang, jadi kami ya cuma sabar-sabar aja berharap ada bantuan datang. Saya berharap bantuan dari pemerintah dipercepat."

Parahnya lagi, menurut salah seorang sopir angkot lainnya mengatakan, masih adanya pungutan untuk pengatur waktu keberangkatan atau dikenal dengan istilah timer di terminal sebesar 16 ribu rupiah per hari, dan tak ada dispensasi disaat kondisi pandemi ini.

“Kami kalau bayar timer itu satu hari kami bisa bayar 16 ribu, tapi keadaannya lagi begini kami tidak bisa, tapi masih ada petugasnya juga, enggak ada dispensasi. Bantuan ke kami dari pihak terminal juga enggak ada. Cuma ada bantuan makan siang, itu pun tidak semua,” bebernya.

 

Editor:Mika Syagi
Asian Games || jakartainsight.com
BUMN || jakartainsight.com